Sejarah Penemuan Bilangan
Di
Mesopotamia (sekarang wilayah Irak) pada tahun 2500 SM sistem desimal tidak
lagi digunakan dan lidi diganti oleh notasi berbentuk baji. Lalu di Babilonia
menggunakan sistem desimal. Pada tahun 300 SM, Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 10
Pada
zaman Romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan
sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka Romawi hanya terdiri dari 7
nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf melambangkan arti angka
tertentu, yaitu :
I
/ i untuk angka satu / 1
V / v untuk angka lima / 5
X / x untuk angka sepuluh / 10
L / l untuk angka lima puluh / 50
C / c untuk angka seratus / 100
D / d untuk angka lima ratus / 500
M / m untuk angka seribu / 1000
V / v untuk angka lima / 5
X / x untuk angka sepuluh / 10
L / l untuk angka lima puluh / 50
C / c untuk angka seratus / 100
D / d untuk angka lima ratus / 500
M / m untuk angka seribu / 1000
Beberapa
kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni :
1. Tidak ada angka nol / 0
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja
1. Tidak ada angka nol / 0
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja
Untuk
menutupi kekurangan angka Romawi pada keterbatasan angka kecil, maka dibuat
pengali seribu dengan simbol garis strip di atas simbol huruf (kecuali I).
V
/ v dengan garis di atas untuk angka lima ribu / 5000
X / x dengan garis di atas untuk angka sepuluh ribu / 10000
L / l dengan garis di atas untuk angka lima puluh ribu / 50000
C / c dengan garis di atas untuk angka seratus ribu / 100000
D / d dengan garis di atas untuk angka lima ratus ribu / 500000
M / m dengan garis di atas untuk angka satu juta / 1000000
X / x dengan garis di atas untuk angka sepuluh ribu / 10000
L / l dengan garis di atas untuk angka lima puluh ribu / 50000
C / c dengan garis di atas untuk angka seratus ribu / 100000
D / d dengan garis di atas untuk angka lima ratus ribu / 500000
M / m dengan garis di atas untuk angka satu juta / 1000000
Metode
/ Teknik Penomoran Angka Romawi :
1. Simbol ditulis dari yang paling besar ke yang paling kecil
2. Semua simbol besar ke kecil dijumlah kecuali kecil ke besar berarti ada pengurangan.
1. Simbol ditulis dari yang paling besar ke yang paling kecil
2. Semua simbol besar ke kecil dijumlah kecuali kecil ke besar berarti ada pengurangan.
Contoh
penulisan angka Romawi kuno :
1. 45 = XLV
2. 79 = LXXIX
3. 99 = IC
4. 110 = CX
5. 999 = CMXCIX
6. 1666 = MDCLXVI
7. 2008 = MMVIII
1. 45 = XLV
2. 79 = LXXIX
3. 99 = IC
4. 110 = CX
5. 999 = CMXCIX
6. 1666 = MDCLXVI
7. 2008 = MMVIII
Ketika
awal lambang bilangan dalam matematika menggunakan huruf-huruf seperti yang
pernah diajarkan oleh bangsa Romawi tergolong rumit, Ali bin Abi Thalib dari
Arab (658-695 M) mempopulerkan lambang bilangan dalam huruf Arab dengan angka
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Ali juga yang menyederhanakan penulisan
lambang bilangan Romawi di mana sepuluh dengan “X”, seratus dengan “C”, seribu
dengan “M” dan seterusnya dipermudah dengan menambahkan angka nol di belakang
angka puluhan, ribuan dan satuan dengan bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya,
di mana angka “0″ dalam bilangan Arab diwakili dengan titik.
Jadi
angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0 adalah angka Arab yang disebarkan ke penjuru dunia
pada saat peradaban Islam di abad pertengahan sedang jaya dengan munculnya
ilmuwan-ilmuwan muslim yang pandai matematika dan ilmu-ilmu eksakta lainnya.
Buku
Al Khawarizmi pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr
wa’l-muqabala “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan
Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada abad ke-12. Pada buku ini, Kalkulasi dengan angka Hindu,
memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan Timur Tengah dan
kemudian Eropa. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi
de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Kemudian,
Leonardo da Pisa yang terkenal dengan nama Fibonacci memperkenalkan sistem
angka Arab ini ke Eropa (Italia) sehingga menggantikan sistem angka Romawi yang
rumit. Setelah ditemukannya angka Arab, ilmuwan-ilmuwan eksakta di dunia ini
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan lebih jauh lagi sampai sekarang.
Sumber
: http://djaoehari.wordpress.com
Leave a Comment